BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Bahasa merupakan satu wujud yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia, sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa itu
adalah milik manusia yang telah menyatu dengan pemiliknya. Sebagai salah satu
milik manusia, bahasa selalu muncul dalam segala aspek dan kegiatan manusia.
Tidak ada satu kegiatan manusia pun yang tidak disertai dengan kehadiran
bahasa. Oleh karena itu, bahasa dapat
bermacam-macam sejalan dengan bidang kegiatan tempat bahasa itu digunakan. Yang
tertera diatas bisa disebut dengan psikopsikolunguistik karena psikopsikolunguistik
adalah suatu studi yang mengenai penggunaan bahasa dan perolehan bahasa
manusia. Kajian ini menjadikan bahasa dan manusia sebagai obyek kajiannya.
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia pasti menggunakan
bahasa untuk mengungkapkan apa yang ada dalam hati maupun pikirannya kepada
orang lain. Dalam penyampaiannya, manusia melewati beberapa proses dari sebuah
pemikiran menjadi sebuah bahasa yang diungkapkan. Termasuk dalam proses tersebut
yaitu pemerolehan bahasa, pengolahan bahasa dalam otak, penyampaian bahasa, dan
lain sebagainya. Jika dilihat dari aspek psikologi, bahasa sangat berhubungan
dengan kondisi psikis seseorang. Akan sangat berbeda bahasa yang digunakan
orang yang sedang senang hati dengan orang yang sedang marah atau sedih, orang
yang sedang sakit dengan orang yang sehat, orang yang dalam kondisi lelah dan
orang yang berada dalam kondisi bugar, kesemuanya pasti akan berbeda.
B.
Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk membahas sedikit banyaknya tentang bangaimana yang
dikatakan dengan psikolunguistik terapan, semoga dengan adanya makalah ini
dapat menambah wawasan tentang psikolunguistik terapan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Psikolunguistik Terapan
Secara etimilogi sudah di singgung
bahwa kata psikolunguistik terbentuk dari kata psikologi dan kata lunguistik,
yakni dua bidang ilmu yang berbeda,yang masing-masing berdiri sendiri ,dengan
prosedur dan metode yang berlainan.namun,keduanya sama-sama meneliti bahasa
sebagai objek formalnya.
Kata lunguistik (linguistics-Inggris) berasal dari bahasa
Latin “lingua” yang berarti bahasa. Dalam bahasa Perancis “langage-langue”;
Italia “lingua”; Spanyol “lengua” dan Inggris “language”. Akhiran “ics” dalam
linguistics berfungsi untuk menunjukkan nama sebuah ilmu, yang berarti ilmu
tentang bahasa, sebagaimana istilah economics, physics dan lain-lain.
Menurut Pringgodigdo dan Hasan Shadili, sebagaimana dikutip
oleh Mansoer Pateda, “lunguistik adalah penelaahan bahasa secara ilmu
pengetahuan”. Sedangkan AS Hornby membagi kata linguidtics ke dalam dua
kategori, sebagai kata sifat dan kata benda. Linguistics sebagai kata sifat
berarti “the study of language and languages”.
Sedangkan linguistics sebagai kata benda, berarti “the science
of language; methods of learning and studying languages”. Dengan demikian, lunguistik
menurut AS Hornby berarti ilmu bahasa atau metode mempelajari bahasa.
Sedangkan Kata Terapan/menerapkan, berpadanan dengan to
apply, yang Artinya Memakai atau Menggunakan bisa juga dimaknai Menginjak,
Mempergunakan, dan mengerahkan. Makna kata Applied = put to practical use. Dari
kata applied lahir gabungan kata applied linguistic yang sepadan dengan
linguistic terapan (ilmu lugah al-tatbiqy). Namun Ada pula ahli linguis yang
tidak setuju dengan istilah itu, Spolsky lebih setuju dengan istilah
educational linguistic (linguistic Pendidikan).
Jadi bisa di simpulkan bahwa psikolunguistik terapan adalah pemanfaatan
pengetahuan tentang alamiah bahasa yang dihasilkan oleh peneliti bahasa yang
dipergunakan untuk meningkatkan keberhasilgunaan tugas-tugas praktis yang
menggunakan bahasa sebagai komponen inti.
B. Sejarah Psikolunguistik Terapan
Istilah psikolunguistik terapan mengacu pada berbagai
kegiatan yang melibatkan beberapa hal yang terkait dengan pemecahan masalah
bahasa atau menangani beberapa kekhawatiran terkait bahasa. Ia seolah-olah
diterapkan psikolunguistik, setidaknya di Amerika Utara, pertama secara resmi
diakui sebagai kursus independen di University of Michigan pada tahun 1946.
Selama akhir 1950-an dan awal 1960-an, penggunaan istilah
ini secara bertahap diperluas dengan memasukkan apa yang kemudian dirujuk ke
terjemahan otomatis. Pada tahun 1964 setelah dua tahun bekerja persiapan
dibiayai oleh Dewan Eropa, Association Internationale de Linguistique Appliquée
(Asosiasi Internasional Psikolunguistik Terapan biasanya disebut oleh Perancis
AILA singkatan) didirikan dan kongres internasional pertama yang diadakan di
Nancy, Perancis.
Makalah untuk kongres itu diminta dalam dua alur pengajaran
bahasa asing yang berbeda dan terjemahan otomatis. Selama bertahun-tahun,
dengan fokus perhatian terus memperluas. pengurus AILA menggambarkan diterapkan
psikolunguistik “sebagai sarana untuk membantu memecahkan masalah-masalah
tertentu dalam masyarakat.
Psikolunguistik diterapkan berfokus pada berbagai daerah dan
kompleks dalam masyarakat di mana bahasa memainkan peran Tampaknya terdapat
konsensus bahwa tujuannya adalah untuk menerapkan temuan dan teknik dari
penelitian dalam psikolunguistik dan disiplin terkait untuk memecahkan masalah
praktis.
Selain pengajaran bahasa asing dan terjemahan mesin,
sampling sebagian isu-isu yang dianggap penting bagi bidang psikolunguistik
diterapkan saat ini termasuk topik-topik seperti bahasa untuk tujuan khusus
(misalnya bahasa dan masalah komunikasi yang berkaitan dengan penerbangan,
gangguan bahasa, hukum, kedokteran, ilmu ), kebijakan dan perencanaan bahasa,
dan bahasa dan masalah keaksaraan.
Di Britania Raya, sekolah pertama psikolunguistik diterapkan
diperkirakan telah dibuka di tahun 1957 di Universitas Edinburgh dengan Ian
Catford sebagai Kepala. Di Amerika Serikat, sebuah organisasi pendidikan
nirlaba, yang Pusat Psikolunguistik Terapan (CAL), didirikan pada tahun 1959
dengan Charles Ferguson sebagai Direktur yang pertama.
CAL misi tetap untuk ‘mempromosikan studi bahasa dan untuk
membantu orang dalam mencapai pendidikan, pekerjaan, dan sosial tujuan mereka
melalui komunikasi yang lebih efektif’. Organisasi melakukan misinya dengan
mengumpulkan dan menyebarkan informasi melalui berbagai tempat transaksi yang
sudah beroperasi, dengan melakukan penelitian praktis, dengan mengembangkan
materi praktis dan pelatihan individu seperti guru, administrator, atau
spesialis sumber daya manusia untuk menggunakan ini untuk mengurangi hambatan
yang membatasi kemahiran bahasa dapat berpose untuk budaya dan bahasa beragam
individu ketika mereka mencari dan efektif partisipasi penuh dalam pendidikan
atau peluang kerja
Sedangkan sejarah Psikolunguistik Terapan di Indonesia,
hingga saat ini studi psikolunguistik di Indonesia belum ada catatan yang
lengkap, meskipun studi psikolunguistik di Indonesia sudah berlangsung lama dan
cukup semarak.
Pada awalnya penelitian bahasa di Indonesia dilakukan oleh
para ahli Belanda dan Eropa lainnya, dengan tujuan untuk kepentingan
pemerintahan kolonial. Pendidikan formal psikolunguistik di fakultas sastra
(yang jumlahnya juga belum seberapa) dan di lembaga-lembaga pendidikan guru
sampai akhir tahun lima puluhan masih terpaku pada konsep-konsep tata bahasa
tradisional yang sangat bersifat normatif.
Perubahan baru terjadi, lebih tepat disebut perkenalan
dengan konsep-konsep psikolunguistik modern. Pada tanggal 15 November 1975,
atas prakarsa sejumlah linguis senior berdirilah organisasi kepsikolunguistikan
yang diberi nama Masyarakat Psikolunguistik Indonesia (MLI).
Anggotanya adalah para linguis yang kebanyakan bertugas
sebagai pengajar di perguruan tinggi negeri atau swasta dan di lembaga-lembaga
penelitian kebahasaan. Sesuai dengan fungsinya sebagai bahasa nasional, bahasa
persatuan, dan bahasa negara maka bahasa Indonesia tampaknya menduduki tempat
sentral dalam kajian psikolunguistik dewasa ini, baik di dalam negeri maupun di
luar negeri.
C. Objek Kajian Psikolunguistik
Terapan
Sebagaimana telah disinggung di atas, bahwa objek kajian psikolunguistik
terapan tidak lain adalah bahasa, yakni bahasa manusia yang berfungsi sebagai
sistim komunikasi yang menggunakan ujaran sebagai medianya; bahasa keseharian
manusia, bahasa yang dipakai sehari-hari oleh manusia sebagai anggota
masyarakat tertentu, atau dalam bahasa Inggris disebut dengan an ordinary
language atau a natural language. Ini berarti bahasa lisan (spoken language)
sebagai obyek primer psikolunguistik, sedangkan bahasa tulisan (written
language) sebagai obyek sekunder psikolunguistik, karena bahasa tulisan dapat
dikatakan sebagai “turunan” bahasa lisan.
Sementara itu, seorang ahli psikolunguistik kebangsaan Swiss
yang dianggap sebagai bapak psikolunguistik modern- menegaskan bahwa objek psikolunguistik
mencakup “langage, langue dan parole”. Langage (Inggris; Linguistic
disposition) adalah bahasa pada umumnya, seperti dalam ungkapan “manusia
mempunyai bahasa, sedangkan hewan tidak mempunyai bahasa”. Langue (Inggris;
language) berarti bahasa tertentu seperti bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa
Indonesia dan lain-lain. Sedangkan parole (Inggris; speech) berarti logat,
ucapan atau tuturan.
Sebenarnya kata Language dalam bahasa Inggris meliputi baik
langage maupun langue dalam bahasa Perancis. Namun demikian, parole merupakan
objek kongkrit psikolunguistik, langue merupakan objek yang sudah lebih
abstrak, sedangkan langage merupakan objek yang paling abstrak.
Sebenarnya ada beberapa ilmu yang berhubungan dengan psikolunguistik
terapan sebagai objek kajiannya, antara lain:
1. Psikolunguistik terapan atau
ilmu-ilmu tentang aspek-aspek bahasa; dan dalam hal ini bahasa digunakan dalam
arti harfiyah. Inilah yang disebut pure psikolunguistik atau psikolunguistik
murni.
2. Ilmu-ilmu tentang bahasa; dan
dalam hal ini, istilah bahasa digunakan dalam arti metaforis atau kiasan.
Contoh ilmu yang termasuk kategori ini adalah kinesik dan parapsikolunguistik.
Kinesik adalah ilmu tentang gerak tubuh/kial/ body language, seperti anggukan
kepala, isyarat tangan dan lain-lain. Parapsikolunguistik adalah ilmu yang
memusatkan perhatiannya pada aktifitas-aktifitas tertentu yang mengiringi
pengucapan bahasa, seperti desah nafas, decak, ketawa, batuk-batuk kecil,
bentuk-bentuk tegun seperti ehm, anu, apa itu, apa ya dan lain sebagainya.
3. Ilmu tentang
pendapat-pendapat mengenai bahasa. Contohnya metapsikolunguistik, yakni ilmu
yang membicarakan seluk beluk “bahasa” yang dipakai untuk menerangkan bahasa
yang tercermin dalam istilah studi teori psikolunguistik, studi metode psikolunguistik
dan lain-lain.
4. Ilmu-ilmu mengenai ilmu
bahasa. Yang termasuk kategori ini adalah studi-studi yang mengkhususkan
dirinya pada ilmu psikolunguistik itu sendiri, sperti studi tentang sejarah
perjalanan ilmu psikolunguistik, studi psikolunguistik pada abad ke dua puluh
dan lain-lain.
Dari keempat jenis ilmu tersebut di atas, maka hanya nomor
(1) saja yang bisa disebut sebagai ilmu psikolunguistik yang murni karena
objeknya bahasa yang benar-benar bahasa, sedangkan objek keatiga ilmu lainnya
bukanlah bahasa dalam pengertian sehari-hari .
Bahasa yang menjadi objek psikolunguistik terapan dipelajari
dari berbagai aspeknya atau tatarannya. Tataran bahasa itu meliputi aspek
bunyi, morfem dan kata, frase dan kalimat serta aspek makna.
Cabang psikolunguistik yang mempelajari aspek bunyi bahasa
adalah fonologi. Tataran morfem atau kata dipelajari dalam morfologi. Tataran
frase/kalimat dibahas dalam sintaksis. Sedangkan aspek makna bahasa dipelajari
dalam ilmu tersendiri yang disebut semantik.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa cabang-cabang psikolunguistik
ditinjau dari tatarannya terdiri dari fonologi, morfologi, sintaksis dan
semantik. Berpijak pada apa yang telah dikemukakan oleh Ramelan tersebut di
atas, maka jelaslah bahwa objek kajian psikolunguistik adalah bahasa.
Istilah bahasa memang sering disalahfahami oleh orang.
Sebagian orang menganggap bahasa mencakup semua sarana yang bisa digunakan
sebagai alat komunikasi seperti tulisan, isyarat, gerakan tangan dan bibir yang
digunakan oleh kelompok orang tuli dan bisu dan lain-lain.
Oleh karena itu perlu ada definisi yang jelas mengenai
bahasa yang menjadi objek kajian psikolunguistik. Dalam ilmu psikolunguistik
bahasa juga diartikan sebagai alat komuniasi yang dengannya pesan dapat
tersampaikan. Namun demikian, ada perbedaan antara bahasa dengan alat
komunikasi yang lain berkaitan dengan medianya.
Sebagai contoh, dalam tulisan, medianya adalah simbol-simbol
tertulis, dalam isyarat medianya adalah gerakan tubuh. Sedangkan dalam bahasa,
media yang digunakan untuk berkomunikasi adalah bunyi-bunyi ujaran yang
dihasilkan oleh alat organ manusia.
Oleh karena itu, dalam perspektif ilmu psikolunguistik, sistem
atau alat komunikasi lain yang tidak menggunakan bunyi ujaran sebagai medianya
tidak termasuk bidang kajian psikolunguistik. Dari sini jelaslah bahwa objek
kajian psikolunguistik adalah sistim bunyi yang terartikulasi dan digunakan
oleh manusia dalam komunikasi antar mereka.
Psikolunguistik terapan menggunakan metode ilmiah seperti
metode induktif dan deduktif dalam meneliti bahasa. Metode induktif digunakan
dalam menyusun generalisasi dari hasil penelitian yang diambil dari
observasi-observasi yang mendalam.
Sedangkan metode deduktif digunakan pada saat seorang
linguis ingin menguji validitas atas teori atau hukum yang telah mapan sebelum
ia melakukan penelitian.
Ciri ilmu yang terakhir adalah bahwa ilmu itu tidak bersifat
statis tetapi dinamis. Kedinamisan psikolunguistik ditandai dengan
keterbukaannya terhadap perubahan terutama jika ada data tambahan atau penemuan
baru yang menolak teori-teori sebelumnya. Psikolunguistik adalah ilmu yang
selalu tumbuh dan berkembang serta senantiasa memperhatikan temuan-temuan baru.
Ini berarti mereka yang menyebut dirinya seorang linguis
harus bersikap terbuka dan senantiasa menerima kebenaran-kebenaran baru dari
hasil penelitian kebahasaan yang ada. Ketika seorang linguis meneliti bahasa
dan membuat kesimpulan atas penelitiannya, ia tidak boleh menganggap
kesimpulannya sebagai kebenaran final. Apa yang benar pada saat tertentu belum
tentu dianggap benar pada saat yang lain akibat adanya bukti atau data yang
baru yang menggugurkannya.
Dengan demikian pencarian kebenaran ilmiah merupakan suatu
proses yang tidak akan pernah berhenti, dan inilah kekuatan sebuah ilmu yang
akan selalu mengikuti perkembangan zaman dan kemajuan.
D. Hubungan Psikolunguistik
Terapan Dengan Pembelajaran Bahasa
Mengenai kaitan psikolunguistik terapan dan pengajaran
bahasa, Soenardji menjelaskan sebagai berikut: Analisis ilmiah atas berbagai
gejala yang terumuskan menjadi kaidah fonologik, morfologik dan sintaktis
diproses menjadi bahan ajar dalam pengajaran bahasa.
Hasil pembahasan akademik dan hasil penelitian yang punya
bobot teoritik kebahasaan ditransfer menjadi dalil-dalil pemandu pemakaian
bahasa yang baik dan benar melalui kegiatan pendidikan bahasa. Kalau kita
umpamakan psikolunguistik dan pengajaran sebagai dua kutub, maka antara dua
kutub itu perlu adanya penyambung yang dapat melayani keduanya dengan
sebaik-baiknya.
Sarana pelayanan itu adalah suatu disiplin baru yang disebut
psikolunguistik terapan. Bagi kepentingan pengajaran bahasa, psikolunguistik
terapan tersebut memusatkan perhatiannya pada
1. Butir-butir teoritik yang
mempunyai keabsahan kuat dalam psikolunguistik, dan
2. berbagai kemungkinan dan
alternatif untuk memandu pelaksanaan pengajaran bahasa. Kemungkinan dan
alternatif itu diupayakan agar seiring dan sejalan dengan butir teoritik dalam psikolunguistik.
Secara lebih transparan, Ramelan menjelaskan tentang
kegunaan psikolunguistik terhadap pengajaran bahasa, antara lain:
1. Memberi pijakan tentang
prinsip-prinsip pengajaran bahasa asing, termasuk didalamnya pendekatan, metode
dan teknik.
2. Memberi arahan atau pijakan
mengenai isi/materi bahasa yang akan diajarkan yang didasarkan pada diskripsi
bahasa yang mendetail, termasuk cara mempresentasikan.
Selanjutnya Ramelan menyatakan, jika para linguis struktural
percaya akan sumbangan psikolunguistik terhadap pengajaran bahasa, maka linguis
transformsional tidak pernah mengklaim demikian.
Menurut yang terakhir, psikolunguistik adalah suatu ilmu
yang otonom, yang mencoba mempelajari bahasa sebagai alat komunikasi yang
digunakan manusia tanpa mempertimbangkan kemungkinan teori mereka tentang
bahasa dapat diterapkan pada pengajaran bahasa.
Ini mungkin tidak dapat dilepaskan dari sikap Chomsky
sendiri (tokoh transformasional), bahkan dia pernah menyatakan dalam suatu
konferensi guru-guru bahasa, bahwa seorang linguis tidak pernah bermaksud
menyibukkan dirinya dalam persoalan-persoalan pengajaran bahasa (linguists never intended to address
themselves to thee problem of teaching a language).
Meskipun demikian, banyak penganut tranformasional yang
percaya bahwa aspek kreatif bahasa yang ada pada diri seseorang (salah satu
tinjauan aliran ini) dapat diterapkan pada pengajaran bahasa, misalnya dengan
melatih siswa untuk menciptakan dan menghasilkan kalimat-kalimat dalam bahasa
yang sedang mereka pelajari.
Sementara kesepakatan linguis struktural tentang peranan psikolunguistik
terhadap pengajaran bahasa, juga tidak terlepas dari sikap Bloomfield.
Disamping dia seorang linguis, dia juga seorang yang ahli di bidang pengajaran
bahasa.
Hal ini ditunjukkan dari perhatiannya yang besar terhadap
pengajaran bahasa-bahasa modern. Bahkan dia sangat mengkritik penggunaan metode
tata bahasa terjemahan (grammar-translation
method). Menurutnya tujuan utama pengajaran bahasa asing harus didasarkan
pada penguasaan oral bahasa tersebut. Dari sini lahir suatu pendekatan yang
terkenal dengan “Oral-Aural Approach”.
Dalam berkomunikasi sehari-hari, salah satu alat yang paling
sering digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Begitu
dekatnya kita kepada bahasa, terutama bahasa Indonesia, sehingga tidak dirasa
perlu untuk mendalami dan mempelajari bahasa Indonesia secara lebih jauh.
Akibatnya, sebagai pemakai bahasa, orang Indonesia tidak terampil menggunakan
bahasa. Suatu kelemahan yang tidak disadari.
Komunikasi lisan atau nonstandar yang sangat praktis
menyebabkan kita tidak teliti berbahasa. Akibatnya, kita mengalami kesulitan
pada saat akan menggunakan bahasa tulis atau bahasa yang lebih standar dan
teratur. Pada saat dituntut untuk berbahasa’ bagi kepentingan yang lebih
terarah dengan maksud tertentu, kita cenderung kaku. Kita akan berbahasa secara
terbata-bata atau mencampurkan bahasa standar dengan bahasa nonstandar atau
bahkan, mencampurkan bahasa atau istilah asing ke dalam uraian kita. Padahal,
bahasa bersifat sangat luwes, sangat manipulatif. Kita selalu dapat
memanipulasi bahasa untuk kepentingan dan tujuan tertentu. Lihat saja,
bagaimana pandainya orang-orang berpolitik melalui bahasa. Kita selalu dapat
memanipulasi bahasa untuk kepentingan dan tujuan tertentu. Agar dapat
memanipulasi bahasa, kita harus mengetahui fungsi-fungsi bahasa.
Pada dasarnya, bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang
digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk
mengekspresikan diri, sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk
mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi
tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial.
BAB
II
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Secara etimilogi sudah di singgung
bahwa kata psikolunguistik terbentuk dari kata psikologi dan kata lunguistik,
yakni dua bidang ilmu yang berbeda,yang masing-masing berdiri sendiri ,dengan
prosedur dan metode yang berlainan.namun,keduanya sama-sama meneliti bahasa
sebagai objek formalnya.
Sedangkan Kata Terapan/menerapkan, berpadanan dengan to
apply, yang Artinya Memakai atau Menggunakan bisa juga dimaknai Menginjak,
Mempergunakan, dan mengerahkan. Makna kata Applied = put to practical use. Dari
kata applied lahir gabungan kata applied linguistic yang sepadan dengan
linguistic terapan (ilmu lugah al-tatbiqy). Namun Ada pula ahli linguis yang
tidak setuju dengan istilah itu, Spolsky lebih setuju dengan istilah
educational linguistic (linguistic Pendidikan).
Jadi bisa di simpulkan bahwa psikolunguistik terapan adalah pemanfaatan
pengetahuan tentang alamiah bahasa yang dihasilkan oleh peneliti bahasa yang
dipergunakan untuk meningkatkan keberhasilgunaan tugas-tugas praktis yang
menggunakan bahasa sebagai komponen inti.
B.
Saran
Dalam berkomunikasi sehari-hari, salah satu alat yang paling
sering digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Begitu
dekatnya kita kepada bahasa, terutama bahasa Indonesia, sehingga tidak dirasa
perlu untuk mendalami dan mempelajari bahasa Indonesia secara lebih jauh.
Akibatnya, sebagai pemakai bahasa, orang Indonesia tidak terampil menggunakan
bahasa. Suatu kelemahan yang tidak disadari.
DAFTAR
PUSTAKA
Verharr,
J.W.M. 2008. Asas-asas Psikolunguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Chaer,
Abdul. 2003. Psikolunguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
0 Response to "Makalah Psikolinguistik Terapan"
Post a Comment