BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tata Surya adalah kumpulan benda langit yang terdiri atas
sebuah bintang yang disebut Matahari dan semua objek yang terikat oleh gaya
gravitasinya. Objek-objek tersebut termasuk delapan buah planet yang sudah
diketahui dengan orbit berbentuk elips, lima planet kerdil, 173 satelit alami
yang telah diidentifikasi, dan jutaan benda langit (meteor, asteroid, komet)
lainnya.
Tata Surya terbagi menjadi Matahari, empat planet bagian
dalam, sabuk asteroid, empat planet luar, dan di bagian terluar adalah Sabuk
Kuiper dan Piringan Terbesar. Enam dari delapan planet dan tiga dari lima
planet kerdil itu dikelilingi oleh satelit alami yang biasa disebut dengan
bulan. Contoh: Bulan atau satelit alami Bumi. Masing-masing planet bagian luar
dikelilingi oleh cincin planet yang terdiri dari debu dan partikel lain.
B.
Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.
Mengetahui bagaimana
Asal-usul Tata surya.
2.
Mengetahui bagaimana
Sejarah Tata Surya.
3.
Mengetahui bagaimana
Struktur Tata Surya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Asal-usul Tata Surya
Banyak ahli telah mengemukakan hipotesis tentang asal-usul
Tata Surya, diantaranya.
1.
Hipotesis Nebula
Hipotesis Nebula pertama kali dikemukakan oleh Emanuel Swedenborg (1688-1772) tahun 1734 dan disempurnakan oleh Immanuel Kant (1724-1804) pada tahun 1775. Hipotesis serupa juga
dikembangkan oleh Pierre Marquis de
Laplace
secara independen pada tahun 1796. Hipotesis ini lebih dikenal
dengan Hipotesis Nebula Kant-Laplace yang menyebutkan bahwa pada tahap awal
Tata Surya masih berupa kabut raksasa. Kabut ini terbentuk dari debu, es, dan gas yang disebut nebula dan unsur gas yang sebagian
besar hidrogen. Gaya gravitasi yang dimilikinya menyebabkan kabut itu
menyusut dan berputar dengan arah tertentu, suhu kabut memanas, dan akhirnya
menjadi bintang raksasa (matahari). Matahari raksasa terus menyusut, berputar
semakin cepat, dan cincin-cincin gas dan es terlontar ke sekeliling matahari.
Akibat gaya gravitasi tersebut gas-gas memadat
seiring dengan penurunan suhunya dan membentuk planet dalam dan planet luar.
2.
Hipotesis Planetisimal
Hipotesis Planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlin dan Forest R. Moulton pada tahun 1900. Hipotesis planetisimal
mengatakan bahwa Tata Surya kita terbentuk akibat adanya bintang lain yang
lewat cukup dekat dengan matahari. Pada masa awal pembentukan matahari,
kedekatan tersebut menyebabkan terjadinya tonjolan pada permukaan matahari dan
bersama proses internal matahari, menarik materi berulang kali dari matahari.
Efek gravitasi bintang mengakibatkan terbentuknya dua lengan spiral yang
memanjang dari matahari. Sementara sebagian besar materi tertarik kembali dan
sebagian lain akan tetap di orbit, mendingin, memadat, dan menjadi benda-benda
berukuran kecil yang disebut planetisimal dan beberapa yang besar sebagai protoplanet. Objek-objek tersebut bertabrakan dari waktu ke waktu
sehingga membentuk planet dan bulan, sementara sisa-sisa materi lainnya menjadi
komet dan asteroid.
3.
Hipotesis Pasang Surut
Bintang
Hipotesis Pasang Surut Bintang pertama kali dikemukakan oleh
James Jeans pada tahun 1917. Planet dianggap terbentuk
karena mendekatnya bintang lain kepada matahari. Keadaan yang hampir
bertabrakan menyebabkan tertariknya sejumlah besar materi dari matahari dan
bintang lain oleh gaya pasang surut yang kemudian terkondensasi menjadi planet. Namun astronom Harold Jeffreys tahun 1929 membantah bahwa tabrakan yang sedemikian itu
hampir tidak mungkin terjadi. Demikian pula astronom Henry Norris Russell mengemukakan keberatannya
atas hipotesis tersebut.
B.
Sejarah Penemuan
Lima planet terdekat ke Matahari selain Bumi (Merkurius, Venus, Mars, Yupiter, dan Saturnus) telah dikenal sejak zaman
dahulu karena mereka semua bisa dilihat dengan mata telanjang. Banyak bangsa di
dunia memiliki nama sendiri untuk masing-masing
planet.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pengamatan pada
lima abad lalu membawa manusia untuk memahami benda-benda langit terbebas dari
selubung mitologi. Galileo Galilei (1564-1642) dengan teleskop refraktornya mampu menjadikan mata manusia “lebih tajam”
dalam mengamati benda langit yang tidak bisa diamati melalui mata telanjang.
Karena teleskop Galileo bisa mengamati lebih tajam sehingga ia bisa melihat
berbagai perubahan bentuk penampakan Venus seperti Venus Sabit atau
Venus Purnama sebagai akibat perubahan posisi Venus terhadap Matahari.
Penalaran Venus mengitari Matahari makin memperkuat teori heliosentris yaitu bahwa matahari adalah pusat alam semesta. Susunan
heliosentris adalah Matahari dikelilingi oleh Merkurius hingga Saturnus.
Teleskop Galileo terus disempurnakan oleh ilmuwan lain
seperti Christian Huygens (1629-1695) yang menemukan Titan, satelit Saturnus, yang
berada hampir 2 kali jarak orbit Bumi-Yupiter. Perkembangan teleskop juga diimbangi pula dengan
perkembangan perhitungan gerak benda-benda langit dan hubungan satu dengan yang
lain melalui Johannes Kepler (1571-1630) dengan Hukum Kepler. Dan puncaknya, Sir Isaac Newton (1642-1727) dengan hukum gravitasi. Dengan dua teori perhitungan inilah yang memungkinkan
pencarian dan perhitungan benda-benda langit selanjutnya
C.
Struktur Tata Surya
Komponen utama sistem Tata Surya adalah matahari, sebuah bintang deret utama kelas G2 yang mengandung
99,86 persen massa dari sistem dan mendominasi seluruh dengan gaya
gravitasinya. Yupiter dan Saturnus merupakan dua komponen terbesar yang mengedari
matahari menyangkup kira-kira 90 persen massa selebihnya. Hampir semua
objek-objek besar yang mengorbit matahari terletak pada bidang edar bumi yang disebut ekliptika. Semua planet terletak sangat dekat pada
ekliptika, sementara komet dan objek-objek sabuk Kuiper biasanya memiliki beda
sudut yang sangat besar dibandingkan ekliptika. Planet-planet dan objek-objek
Tata Surya juga mengorbit mengelilingi matahari dengan berlawanan arah jarum
jam jika dilihat dari atas kutub utara matahari kecuali Komet Halley.
Hukum Gerakan Planet Kepler menjabarkan bahwa orbit dari
objek-objek Tata Surya sekeliling matahari bergerak mengikuti bentuk elips
dengan matahari sebagai salah satu titik fokusnya. Objek yang berjarak lebih
dekat dari matahari memiliki tahun waktu yang lebih pendek. Pada orbit elips,
jarak antara objek dengan matahari bervariasi sepanjang tahun. Jarak terdekat
antara objek dengan matahari disebut perihelion, sedangkan jarak terjauh dari matahari disebut aphelion. Semua objek Tata Surya bergerak tercepat di titik perihelion
dan terlambat di titik aphelion. Orbit planet hampir berbentuk lingkaran
sedangkan komet, asteroid, dan objek sabuk Kuiper orbitnya berbentuk elips.
Untuk mempermudah representasi, kebanyakan diagram Tata
Surya menunjukan jarak yang sama antar orbit. Semakin jauh letak sebuah planet
atau sabuk dari matahari, semakin besar jarak antara objek itu dengan jalur
edar orbit sebelumnya. Sebagai contoh: Venus terletak sekitar sekitar
0,33 SA dari Merkurius, Saturnus adalah 4,3 SA dari Yupiter, dan Neptunus terletak 10,5 SA dari Uranus. Beberapa upaya telah dicoba
untuk menentukan korelasi jarak antar orbit ini (hukum
Titus-Bode),
tetapi sejauh ini tidak satu teori pun telah diterima.
Hampir semua planet-planet di Tata Surya memiliki sistem
sekunder yang kebanyakan adalah benda pengorbit alami (satelit atau bulan).
Beberapa benda ini memiliki ukuran lebih besar dari planet. Hampir semua satelit alami yang paling besar terletak di orbit sinkron, dengan satu
sisi satelit berpaling ke arah planet induknya secara permanen. Empat planet
terbesar juga memiliki cincin yang berisi partikel-partikel kecil yang
mengorbit secara serempak.
1.
Tata Surya Bagian Dalam
Tata Surya bagian dalam adalah nama umum yang mencakup planet kebumian dan asteroid. Terutama yang terbuat dari silikat dan logam. Objek dari Tata Surya bagian dalam melingkup
dekat dengan matahari. Radius dari seluruh daerah
ini lebih pendek dari jarak antara Yupiter dan Saturnus.
Planet-planet bagian dalam. Dari kiri ke kanan: Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars. Empat planet bagian dalam atau planet
kebumian (terrestrial planet) memiliki komposisi batuan yang padat dan
hampir tidak mempunyai bulan dan sistem cincin. Komposisi utama planet ini
adalah mineral bertitik leleh tinggi, seperti silikat yang membentuk kerak dan
selubung dan logam seperti besi dan nikel yang membentuk intinya. Venus, Bumi dan Mars memiliki atmosfer, kawah meteor, dan sifat-sifat permukaan tektonis seperti
gunung berapi dan lembah pecahan. Planet yang letaknya di antara matahari dan
bumi (Merkurius dan Venus) disebut juga planet
inferior.
a.
Merkurius
Merkurius (0,4 SA) adalah planet terdekat dari matahari serta
terkecil (0,055 massa bumi). Merkurius tidak memiliki satelit alami dan ciri
geologisnya di samping kawah meteorid yang diketahui adalah lobed ridges
atau rupes, kemungkinan terjadi karena pengerutan pada perioda awal
sejarahnya. Atmosfer Merkurius yang hampir bisa diabaikan terdiri dari
atom-atom yang terlepas dari permukaannya karena semburan angin matahari.
Besarnya inti besi dan tipisnya kerak Merkurius masih belum bisa dapat
diterangkan. Menurut dugaan hipotesis lapisan luar planet ini terlepas setelah
terjadi tabrakan raksasa dan perkembangan (akresi) penuhnya terhambat oleh
energi awal matahari.
b.
Venus
Venus (0,7 SA) berukuran 0,815
kali dari massa bumi. Planet ini memiliki selimut kulit silikat yang tebal dan
berinti besi, atmosfer yang tebal dan memiliki aktivitas geologi. Akan tetapi
planet ini lebih kering dari bumi dan atmosfernya sembilan kali lebih padat
dari bumi. Venus tidak memiliki satelit. Venus adalah planet terpanas dengan
suhu permukaan mencapai 400 °C yang kemungkinan besar disebabkan jumlah
gas rumah kaca yang terkandung di dalam atmosfer. Sejauh ini aktivitas geologis
Venus belum dideteksi dan karena planet ini tidak memiliki medan magnet yang
bisa mencegah habisnya atmosfer diduga sumber atmosfer Venus berasal dari
gunung berapi.
c.
Bumi
Bumi adalah planet bagian dalam
yang terbesar dan terpadat. Bumi adalah satu-satunya yang diketahui memiliki
aktivitas geologi dan memiliki mahluk hidup. Hidrosfer-nya yang cair adalah
khas di antara planet-planet kebumian dan juga merupakan satu-satunya planet
yang diobservasi memiliki lempeng tektonik. Atmosfer bumi sangat berbeda
dibandingkan planet-planet lainnya karena dipengaruhi oleh keberadaan mahluk
hidup yang menghasilkan 21% oksigen. Bumi memiliki satu satelit yaitu bulan dan satu-satunya satelit
besar dari planet kebumian di dalam Tata Surya.
d.
Mars
Mars (1,5 SA) berukuran lebih
keci dari bumi dan Venus (0,107 massa bumi). Planet ini memiliki atmosfer tipis
yang kandungan utamanya adalah karbon dioksida. Permukaan Mars yang dipenuhi gunung berapi raksasa seperti
Olympus Mons dan lembah retakan seperti Valles
marineris
menunjukan aktivitas geologis yang terus terjadi sampai belakangan ini. Warna
merahnya berasal dari warna karat tanahnya yang kaya besi. Mars mempunyai dua
satelit alami kecil yaitu Deimos dan Phobos yang diduga merupakan asteroid yang terjebak gravitasi Mars.
2.
Tata Surya Bagian Luar
Pada bagian luar dari Tata Surya terdapat gas-gas raksasa
dengan satelit-satelit yang berukuran planet. Banyak komet berperioda pendek
termasuk beberapa Centaur yang juga berorbit di daerah ini. Badan-badan padat
di daerah ini mengandung jumlah volatil (contoh: air, amonia, metan,
yang sering disebut es dalam peristilahan ilmu keplanetan) yang lebih tinggi
dibandingkan planet batuan di bagian dalam Tata Surya.
Keempat planet luar yang disebut planet raksasa gas (gas giant)
atau planet jovian secara keseluruhan mencakup
99% massa yang mengorbit matahari. Yupiter dan Saturnus sebagian besar
mengandung hidrogen dan helium. Uranus dan Neptunus
memiliki proporsi es yang lebih besar. Para astronom mengusulkan bahwa keduanya
dikategorikan sendiri sebagai raksasa es. Keempat raksasa gas ini semuanya
memiliki cincin, meski hanya sistem cincin Saturnus yang dapat dilihat dengan
mudah dari bumi.
a.
Yupiter
Yupiter (5,2 SA) merupakan planet yang berukuran 318 kali massa
bumi dan 2,5 kali massa dari gabungan seluruh planet lainnya. Kandungan utama
planet ini adalah hidrogen dan helium. Sumber panas di dalam
Yupiter menyebabkan timbulnya beberapa ciri semi-permanen pada atmosfernya
seperti pita pita awan dan Bintik Merah Raksasa. Sejauh yang diketahui
Yupiter memiliki 63 satelit. Empat yang terbesar adalah Ganymede, Callisto, Io, dan Europa yang menampakan kemiripan dengan planet kebumian, seperti
gunung berapi dan inti yang panas. Ganymede, yang merupakan satelit terbesar di
Tata Surya berukuran lebih besar dari Merkurius.
b.
Saturnus
Saturnus (9,5 SA) yang dikenal dengan sistem cincinnya memiliki
beberapa kesamaan dengan Yupiter yaitu komposisi atmosfernya. Meskipun Saturnus
hanya sebesar 60% volume Yupiter, namun planet ini hanya seberat kurang
dari sepertiga Yupiter atau 95 kali massa bumi sehingga membuat planet ini
sebuah planet yang paling tidak padat di Tata Surya. Saturnus memiliki 60
satelit yang diketahui sejauh ini dan 3 yang belum dipastikan. Dua di
antaranya yaitu Titan dan Enceladus yang menunjukan activitas geologis meskipun hanya
terdiri dari es saja. Titan berukuran lebih besar dari Merkurius dan merupakan satu-satunya satelit di Tata Surya yang
memiliki atmosfer yang cukup berarti.
c.
Uranus
Uranus (19,6 SA) yang memiliki 14
kali massa bumi adalah planet yang paling ringan di antara planet-planet luar.
Planet ini memiliki kelainan ciri orbit. Uranus mengedari matahari dengan
berukuran poros 90° pada ekliptika. Planet ini memiliki inti
yang sangat dingin dibandingkan gas raksasa lainnya dan hanya sedikit
memancarkan energi panas. Uranus memiliki 27 satelit yang diketahui dan yang
terbesar adalah Titania, Oberon, Umbriel, Ariel, dan Miranda.
d.
Neptunus
Neptunus (30 SA) meskipun sedikit lebih kecil dari Uranus namun
memiliki 17 kali massa bumi sehingga membuatnya lebih padat. Planet ini
memancarkan panas dari dalam tetapi tidak sebanyak Yupiter atau Saturnus.
Neptunus memiliki 13 satelit yang diketahui. Yang terbesar adalah Triton. Triton memiliki geyser nitrogen cair dan geologinya
aktif. Triton adalah satu-satunya satelit besar yang orbitnya terbalik arah (retrogade).
Neptunus juga didampingi beberapa planet minor pada orbitnya yang disebut
Trojan Neptunus. Benda-benda ini memiliki resonansi 1:1 dengan Neptunus.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada beberapa hipotesis yang menyatakan asal-usul Tata Surya
yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli, yaitu Hipotesis Nebula, Hipotesis
Planetisimal, Hipotesis Pasang Surut Bintang, Hipotesis Kondensasi, dan
Hipotesis Bintang Kembar. Sejarah penemuan Tata surya di awali dengan
dilihatnya planet-planet dengan mata telanjang hingga ditemukannya alat untuk
mengamati benda langit lebih jelas yaitu Teleskop dari Galileo.
Tata surya adalah kumpulan benda langit yang terdiri atas
sebuah bintang yang disebut Matahari dan semua objek yang terikat oleh gaya
gravitasinya. Objek-objek tersebut termasuk delapan buah planet yang sudah
diketahui dengan orbit berbentuk elips, lima planet kerdil atau katai, 173
satelit alami yang telah diidentifikasi, dan jutaan benda langit (meteor,
asteroid, komet) lainnya. Tata Surya terbagi menjadi Matahari, empat planet
bagian dalam, sabuk asteroid, empat planet bagian luar, dan di bagian terluar
ada Sabuk Kuiper dan Piringan Tersebar.
B. Saran
Sebaiknya semua pihak
mempelajari Tata Surya agar dapat mengetahui dari mana sebenarnya Tata Surya
itu berasal sehingga kita tidak dapat mengada-ada atau merekayasanya.
Mengetahui Tata Surya juga sangat penting agar kita dapat mengetahui kebesaran
Tuhan Yang Maha Esa sehingga kita dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan.
DAFTAR PUSTAKA
Heri Purnama. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta :
Rineka Cipta. 2008.
Ibnu Mas’ud dan Joko Paryono. Ilmu alamiah
Dasar. Bandung : Pustaka Setia. 2006.
Margono. Ilmu Alamiah Dasar. Solo : UNS. 1987
0 Response to "Makalah Tata Surya"
Post a Comment